Sang Dewa meratap iba:
"Sesungguhnya tahu kau si cahaya hatinya.
Memekikkan darah yang disebab cinta.
Buat hati terus terbuai.
Matanya kosong tak punya pusara."
"Aku menghampirinya yang terpana akan bumi.
Sangat pekik dan menyengat.
Sayapnya rapuh, serapuh gundukan debu yang hilang jika tertiup nusa.
Matanya memutih, kosong tanpa cinta lagi."
"Dimana aku?
Bumi jawabku.
Tempat inikah yang dikatakan sang langit?
Tempat ladang seribu cinta tapi kenapa pelik dan penuh muslihat?
Apakah mereka tidak pernah berkata padamu wahai rintihan rembulan."
"Matanya penuh tanya.
Mencari jawab tanyaku akhir."
"Di sini cinta ditanam, dan dipanen dengan pengorbanan dan airmata."
Bidadari Buangan tertegun:
"Iyakah yang dikata sang dewa?
Jika sang langit mengutus bidadari kesana.
Lantas apa yang patut dia timba?
Apa yg patut ditanya?"
"Jika bumilah si ladang cinta.
Mengapa muslihat pelik merusak cita.
Pantaskah masih mengepak sayap ini kemari.
Ah, ,aku tak inginkan bumi!"
"Kembalikan asaku yang mampu melayang bebas.
Kembalikan airmataku yang tlah mengalir deras."
"Jika keindahan rasa itu menyisakan perih.
Biarlah aku tak bersamanya.
Ku mohon buang cinta itu!
Agar sukmaku tak lagi penuh lara.
Ku mohon musnahkan hati itu!
Agar hasratku tak lagi kembali padanya."
"Izinkan aku berpendar.
Menjadi pelita atas rembulan.
Jika inginmu mengutus kemari.
Biarlah aku mati disini !"
(dialog: dewa by Ady & bidadari buangan by Ing)
Minggu, 05 Juli 2009
Dialogue. . (2)
Diposting oleh Saia Ini... di 19.31
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar